Minggu, 29 Juli 2018

Masyarakat Korup Cermin Pemimpin Korup


Sejak bergulirnya reformasi dan otonomi daerah, kita telah memasuki era demokratisasi. Era dimana demokrasi telah menjadi instrumen penting dalam semangat dan cara kita menentukan nasib bangsa ini. Demokrasi menjadi ueforia luar biasa dalam kehidupan berpolitik, sosial dan kemasyarakatan kita. Demokrasi memang hak milik dan tujuan masyarakat yang paling universal. Yang menjahwatakan kekuasaan dan kekuatan negera kepada rakyat. Sesuai slogan demokrasi selama ini Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi tentu cenderung akan melahirkan "keinginan dan kebutuhan masyarakat" sesungguhnya. Demokrasi akan menjadi cermin akan kondisi nyata yang terjadi di masyarakat. Segala keputusan politis yang berkaitan kepemimpinan dan sistem hukum dan pemerintahan merupakan representasi dari keputusan demokratis masyarakat. 

Sederhananya, saya ingin menganalogikan seperti ini, jika masyarakatnya korup tentu akan menghasilkan pemimpin yang korup, pemerintah yang korup dan keputusan yang korup. jika setengah masyarakatnya korup kemungkinan menghasilkan pemimpin yang setengah korup dan pemerintahan yang setengah korup pula. Analogi ini memang harus diperdebatkan dan tidak harus diiyakan meski saya yakin analogi ini pantas untuk diakui.

Kata' korup" yang dipakai lebih mengartikan sesutu yang negatif seperti tidak jujur, kurang cerdas, mata duitan,picik, dll. Ambilah contoh pada saat pemilu, pilpres dan pilkada, masih banyak rakyat yang hanya mau menjadi tim sukses jika ada duitnya, mau mencoblos jika diberi uang. Mendukung atas dasar agama, suku dan kelompok tanpa mempertimbangkan kualitas dan komitmen.

Demikian halnya ketika pemimpin tersebut terpilih. Ia akan melihat orang-orang disekitarnya dan masyarakat yang dipimpinnya, temasuk media massa, lsm, penegak hukum. Jika semuanya bisa dibeli dengan uang, mendukung dirinya karena motivasi uang. Yang kritis bisa disuap dengan uang. 

Yang berani dapat dihadang dengan uang. Yang diam saling berebut lemparan uang dan Yang kuasa mau disumpal dengan uang. Maka jangan heran ia akan memprotek kekuasaannya dengan kekuatan uang. Ia akan mengsengajakan dirinya menjadi pemimpin yang korup, yang membangun sistem yang korup dan membuat keputusan yang korup.

Bagaimana jika semua elemen masyarakatnya kritis, berani dan tegas menolak pemimpin dengan cara dan tindakan korup. Saya yakin semua pemimpin, termasuk penegak hukum akan berpikir untuk melakukan tindakan korupsi, akan takut untuk membangun sistem dan membuat keputusan yang korup. Jika selama ini masih ada pemimpin yang korup, berarti masih ada sebagian masyarakat kita yang menjadi bagian dari orang yang korup itu. 
Artinya, di dalam masyarakat itu tidak semua memiliki keberanian, sikap kritis dan tegas menolak korupsi. Masih ada sebagian dari masyrakat yang bisa dibeli dan disumpal dengan uang korupsi.

Jika demikian, tidak susah bagi masyarakat internasional menilai potret masyarakat suatu bangsa yang telah menjalankan sistem demokrasi. Jika pemimpinnya banyak yang korup, berarti masyarakatnya sebagian besar korup. karena pemimpin yang korup terpilih dari pilihan masyarakat yang korup. Memang tidak semua masyarakatnya korup. tapi pilihan masyarakat yang koruplah yang memenangi proses demokrasi dan tepilihnya pemimpin tersebut .

Oleh karena itu, saya ingin menekankan bahwa kita jangan terlalu berharap untuk memperoleh pemimpin yang ideal. Jika masyarakat masih menjadi bagian-bagian yang terpisahkan dari semangat dan idealisme yang berbeda. Kita jangan berharap memiliki pemimpin yang jujur jika didalam masyarakat masih banyak yang tidak jujur. Jika dalam masyarakat masih banyak yang bisa dibayar untuk mengintimidasi yang jujur. Jika yang jujur dalam masyarakat lebih banyak diam, takut menyampaikan kejujuran.

Sekali lagi, pemimpin kita saat ini baik di DPRD/DPR, Bupati, Gubernur dan Presiden adalah cerminan kondisi masyarakat kita.Kita tidak bisa hanya menyalahkan pemimpin kita tapi salahkan juga kita sendiri sebagai masyarakat yang tidak mampu memperbaiki kualitas diri kita, yang takut dan yang diam dan mungkin ikut-ikutan memilih pemimpin yang salah. Membiarkan teman, saudara dan lingkungan kita tidak jujur dan tidak kuasa menolak tindakan korup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar